Roti dari Tangan Imperium
Medium | 11.11.2025 18:09
Roti dari Tangan Imperium
1 min read
·
Just now
Monolog: Babel ~R.F. Kuang
Sialnya saat ini aku di tempatkan pada tepi jurang moral, di satu sisi, ada kenyamanan, pendidikan, dan bahkan perlindungan yang ditawarkan oleh Imperium yang menindas. Sebuah "hadiah" yang datang dengan syarat tak terucapkan. Tutup mata, tuli telinga, dan melupakan darah serta tanah kelahiranku yang sedang dicabik-cabik oleh tangan yang sama yang memberiku makan.
Apakah pengkhianatan itu ketika aku menikmati roti dari tangan imperium? Ataukah kebodohan ketika aku menolak kenyamanan hanya demi idealisme yang mungkin tak pernah menang?
Get Athi Here’s stories in your inbox
Join Medium for free to get updates from this writer.
Mereka menyebutku tak tahu diuntung seseorang yang menolak hidup yang layak. Tapi bagaimana bisa aku hidup layak jika yang lain sekarat dalam belenggu yang sama yang memberiku tempat berteduh?
Setiap gigitan roti terasa seperti dosa, setiap napas nyaman terasa seperti pengkhianatan terhadap darahku sendiri.
Setiap langkah yang kuambil adalah sebuah pengelupasan identitas. Jati diri yang lama, yang nyaman dan terintegrasi dalam sistem penindas, harus dipertanyakan.
Setiap peristiwa yang kualami bukan hanya tentang revolusi fisik melainkan revolusi batin yang mengguncang fundamental keberadaan.
Ketika kehilangan telah menjadi menu harian, kematian bukan lagi momok yang menakutkan, melainkan sebuah puncak pengabdian.
Kematian, justru, mungkin satu-satunya cara untuk menebus segala kenyamanan yang bukan hakku. Sebuah harga terakhir yang dibayar untuk memicu percikan api revolusi.